Sabtu, 07 September 2024

Kajian Rutin Kamis Kliwon: Mengupas “Keberadaban Ruh Manusia Pasca Kematian Dunia” di Aula MWCNU Margomulyo


www.mwcnumargomulyo.com|| Margomulyo, 5 September 2024 – Di bawah langit Kamis Kliwon yang teduh, Aula MWCNU Margomulyo kembali menjadi saksi perjalanan spiritual dalam bingkai kajian yang dihelat rutin oleh Pengurus Anak Cabang (PAC) Muslimat NU Margomulyo. Kegiatan ini, seperti biasanya, dihadiri oleh segenap pengurus PAC Muslimat NU Margomulyo dan para pengurus ranting yang tersebar di seluruh ancab Margomulyo. Mereka datang dengan penuh semangat, menyatukan hati dan niat untuk memperdalam pemahaman tentang makna keberadaban ruh manusia setelah berakhirnya kehidupan di dunia.

Pemateri yang dinanti-nantikan, Kiyai Badrun, Ketua MWCNU Margomulyo, dengan penuh kharisma menyampaikan tausiyah bertema “Keberadaban Ruh Manusia Pasca Kematian Dunia.” Dalam ceramahnya, beliau dengan arif mengajak para jamaah untuk merenungi fase transisi ruh menuju alam yang lebih abadi, menekankan bahwa kehidupan ini hanyalah sementara dan yang sejati adalah kebersihan hati dan keikhlasan dalam beramal.

Dalam tausiyah yang disampaikan, Kiyai Badrun menjelaskan betapa pentingnya mempersiapkan bekal amal sholeh yang akan menjadi teman setia dalam perjalanan ruh menuju alam barzakh. Beliau juga menyentuh hati para hadirin dengan pesan mendalam tentang perlunya memperkuat keimanan, menjaga kebersihan jiwa, serta menumbuhkan rasa ikhlas dalam setiap langkah kehidupan.

Kegiatan kajian rutin ini merupakan agenda tetap setiap Kamis Kliwon, menjadi wahana bagi seluruh Muslimat NU di Margomulyo untuk saling berbagi ilmu dan hikmah. Inisiasi dari para pengurus PAC Muslimat NU Margomulyo ini telah menjadi obor penerang dalam kegelapan hati, mengajak jamaah untuk senantiasa memperbaiki diri dan mengingat akhirat sebagai tujuan akhir.

Suasana khidmat menyelimuti pertemuan tersebut, ditutup dengan doa yang menggetarkan jiwa, memohon ridho Allah agar senantiasa memberikan hidayah dan kekuatan iman bagi setiap insan yang hadir. Tepat pada saat senja mulai merayap, kajian ini menuntun langkah-langkah para jamaah kembali ke rumah dengan hati yang lebih tenang, membawa bekal rohani yang akan terus menjadi pemandu dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah menguraikan tema besar tentang “Keberadaban Ruh Manusia Pasca Kematian Dunia,” Kiyai Badrun melanjutkan tausiyahnya dengan pembahasan mendalam mengenai pentingnya memperbanyak ibadah, terutama di bulan Maulid. Bulan yang penuh keberkahan ini menjadi momen istimewa, tidak hanya sebagai peringatan kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW, tetapi juga sebagai waktu yang tepat untuk memperbanyak amal ibadah sebagai bekal kehidupan pasca kematian dunia.

Beliau mengingatkan bahwa bulan Maulid adalah saat yang penuh rahmat dan kasih sayang Ilahi, di mana setiap amal ibadah yang dilakukan, baik itu shalat, sedekah, maupun sholawat kepada Nabi, akan berlipat ganda pahalanya. “Bulan ini adalah momentum emas bagi umat Islam untuk meraih ampunan dan keberkahan,” tutur Kiyai Badrun, dengan suara penuh ketenangan yang seolah menggetarkan hati para jamaah.

Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa tidak ada bekal yang lebih baik untuk menghadapi kehidupan setelah kematian selain memperbanyak amal kebajikan. Di bulan Maulid, umat Islam diajak untuk lebih sering mengingat kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW dan meneladani sifat-sifat beliau dalam setiap aspek kehidupan. “Dengan memperbanyak ibadah di bulan Maulid, kita tidak hanya menanam kebaikan di dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi yang sesungguhnya,” ujar beliau dengan lembut.

Kiyai Badrun juga menambahkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan gerbang menuju kehidupan yang lebih hakiki. Oleh karena itu, memperbanyak ibadah di bulan Maulid menjadi wujud cinta kepada Rasulullah SAW dan bukti ketaatan kepada Allah SWT, yang kelak akan menjadi penolong di saat kita memasuki alam barzakh dan dihisab di hari akhir.

Dalam tausiyahnya, Kiyai Badrun menyisipkan nasihat bijak agar setiap muslim memanfaatkan momen bulan Maulid untuk memperbaiki diri, membersihkan hati dari penyakit-penyakit batin seperti iri, dengki, dan sombong, serta memperbanyak sholawat sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. "Sholawat adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan Rasulullah, dan dengan banyak bersholawat, insya Allah, kita akan mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat," imbuhnya, seraya mengajak seluruh jamaah untuk senantiasa memperkuat hubungan mereka dengan Sang Pencipta melalui ibadah yang tulus dan ikhlas.

Kegiatan kajian tersebut kemudian ditutup dengan lantunan sholawat bersama, yang mengalun syahdu di Aula MWCNU Margomulyo, menciptakan suasana yang penuh berkah dan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW, serta harapan untuk hidup yang lebih baik di dunia dan akhirat.