Washiyatul Musthofa - Penjelasan Tentang Takbir dan Sholat pada waktunya (Ngaji rutin bakdiyatal jum’at, Muslimat NU Jipangulu Ranting Ngelo) |
|
Wahai Sahabat Ali, tatkala kamu takbir karena melaksanakan sholat, maka rentangkanlah jari-jarimu dan angkatlah kedua tanganmu lurus tepat di kedua pundakmu.
Tatkala kamu takbir, maka letakkanlah tangan kananmu di atas tangan kirimu di bawah pusar.
Dan tatkala kamu rukuk, maka letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu dan rentangkanlah di antara jari-jarimu.
|
يَا عَلِيُّ اِذَا كَبَّرْتَ لِلصَّلَاةِ فَفَرِّجْ اَصَابِعَكَ وَارْفَعْ يَدَيْكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ وَاِذَا كَبَّرْتَ فَضَعْ يَمِيْنَكَ عَلَى شِمَالِكَ تَحْتَ سُرَّتِكَ وَاِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ يَدَيْكَ عَلَى رُكْبَتِكَ وَفَرِّجْ بَيْنَ اَصَابِعِكَ |
*Note. |
|
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ مَدًّا |
|
”Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya dengan
dibentangkan.” (HR. Abu Daud). Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu juga
menceritakan: |
|
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ |
|
“Bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengangkat kedua tangannya setinggi pundak, ketika memulai shalat.” (HR.
Bukhari dan Muslim). Malik bin al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu berkata: |
|
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ، وَإِذَا رَكَعَ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ حَتَّى بَلَغَتَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ |
|
“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya ketika takbiratul ihram, ketika rukuk, ketika i’tidal, hingga setinggi daun telinga.” (HR. Nasai). |
|
Cara Mengangkat Tangan Ketika Takbir Terdapat beberapa cara, di antarnya: Pertama, mengangkat tangan sampai pundak lalu membaca takbir. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar RA:
|
|
كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا قام إلى الصلاة؛ رفع يديه حتى تكونا حذو منكبيه، ثم كبَّر
|
|
Artiya: “Apabila Rasulullah SAW memulai salat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga setinggi pundak, kemudian beliau bertakbir.” (HR Muslim) Kedua, mengangkat tangan lalu sedekap bersamaan dengan takbir. Dari Ibnu Umar RA:
|
|
رأيت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افتتح التكبير في الصلاة، فرفع يديه حين يكبر |
|
Artinya: “Saya melihat Nabi SAW memulai takbiratul ihram ketika salat, beliau mengangkat kedua tangannya ketika takbir.” (HR Bukhari)
Membaca takbir, lalu mengangkat tangan. Dari Malik bin al-Huwairits, |
|
كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبر؛ رفع يديه |
|
Artinya: “Rasulullah SAW sallam ketika usai takbir, beliau mengangkat tangan.” (HR Muslim 391)
Perhatikan Posisi Tubuh Takbiratul harus dilakukan dalam keadaan posisi tubuh tegak sempurna, dan tidak boleh sambil condong seperti akan ruku’. Ini karena syarat sah takbiratul ihram dilakukan sambil berdiri bagi yang mampu.
Takbiratul Ihram dan Niat Salat Al-Kasani mengatakan: |
|
إن تقديم النية على التحريمة جائز عندنا إذا لم يوجد بينهما عمل يقطع أحدهما عن الآخر
|
|
Artinya: “Boleh mendahulukan niat dari pada takbiratul ihram menurut madzhab kami (hanafi), jika tidak ada kegiatan apapun yang menyelai antara niat dan takbiratul ihram.” (Badai as-Shanai, 1/329)
|
|
Wahai Sahabat Ali, sholatlah subuh di waktu terbitnya fajar dan sholatlah maghrib setelah terbenamnya matahari kira-kira selama memerah susu kambing.
karena demikian itu merupakan perbuatan para nabi, semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada mereka.
|
يَا عَلِيُّ اَسْفِرْ بِالصُّبْحِ وَصَلِّ الْمَغْرِبَ بَعْدَ غِيَابِ الشَّمْسِ بِقَدْرِ حَلَبِ شَاةٍ فَاِنَّ ذَلِكَ مِنْ خِصَالِ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ |
*Note. إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا “Sesungguhnya
shalat memiliki waktu yang telah ditetapkan bagi orang beriman.” (QS.
An Nisaa’: 103) Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya berkata, dari Al Auza’i, dari Musa bin Sulaiman, dari Al Qosim bin Mukhoymiroh mengenai firman Allah Ta’ala,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ “Dan datanglah orang-orang setelah
mereka yang menyia-nyiakan shalat.”
(QS. Maryam: 59),
Al Qosim berkata bahwa yang dimaksud ayat ini, “Mereka
yang menyia-nyiakan waktu shalat. Abu Ya’la dan Al Baihaqi masing-masing dalam musnadnya (berkata), dari ‘Ashim, dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada ayahku bagaimana pendapat beliau mengenai ayat ‘alladzinaa hum ‘an sholatihim saahuun’. Siapa di antara kita yang tidak lalai dalam shalatnya? Siapa yang dalam hatinya tidak berpikir perkara di luar shalat? ” Ayahnya Sa’ad menjawab, “Bukan seperti itu maksud ayat tersebut. Maksud ayat itu adalah lalai dengan menyia-nyiakan waktu shalat.” Dan ada hadits pula yang menyatakan bahwa shalat di awal waktu itulah yang paling afdhol, عَنْ أُمِّ فَرْوَةَ قَالَتْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « الصَّلاَةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا » Dari Ummu Farwah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, amalan apakah yang paling afdhol. Beliau pun menjawab, “Shalat di awal waktunya.” (HR. Abu Daud ). Karena suatu hal, entah sibuk dengan pekerjaan atau niat menunda, banyak di antara kita yang sering abai terhadap salat di awal waktu. Padahal salat di awal waktu memiliki keutamaan lebih dari pada salat di waktu-waktu lainnya. Dalam satu riwayat dari Ibnu Mas’ud ra dia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Amalan yang paling afdhal (utama) adalah mendirikan salat (lima waktu) di awal waktu.” (HR. Imam Tirmidzi). Hadis di atas menunjukkan bahwa salat di awal waktu adalah yang paling utama sehingga bagi yang salat selain di awal waktu tidak otomatis menjadi orang tercela. Namun, alangkah baiknya kita membiasakan diri untuk salat di awal waktu karena fadilahnya tidak bisa disepelekan. Besarnya pahala tidak bisa dibandingkan dengan apa pun Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak akan memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan salat pada awal waktu, niscaya mereka akan berlomba-lomba melaksanakannya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala salat isya dan subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan jalan merangkak.” (HR. Bukhari). Mendapat jaminan surga Dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu salat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barang siapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke dalam surga, dan barang siapa yang tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan.” (HR. Abu Daud). Menjadi hamba yang paling dicintai Allah Dalam sebuah hadis dikatakan, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah salat pada waktunya, berbakti kepada kedua orang tua, dan jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dosa-dosanya akan diampuni “Sesungguhnya seorang hamba yang muslim, jika menunaikan salat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya.” (HR. Ahmad). Mendapat sembilan kemuliaan Dari Sahabat Usman bin Affan ia berkata, “Barang siapa selalu mengerjakan salat lima waktu tepat pada waktu utamanya, maka Allah akan memuliakannya dengan sembilan macam kemuliaan, yaitu: Dicintai Allah, badannya selalu sehat, keberadaannya selalu dijaga malaikat, rumahnya diberkahi, wajahnya menampakkan jati diri orang saleh, hatinya dilunakkan oleh Allah, dipermudah saat akan menyeberang shirath (jembatan di atas neraka) seperti kilat, dia akan diselamatkan Allah dari api neraka, dan Allah Akan menempatkannya di surga kelak bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih hati.” |
|
Wallahu a'lam bis showab. |
|
|
Pemateri: De Badrun Katib Syuriyah MWCNU. Margomulyo |