Acara pengajian diawali dengan bacaan manaqib Jawahirul Ma'ani yang dipimpin oleh Kiyai Jamin. Suasana semakin meriah dengan kehadiran group Hadroh Remaja Musholla Nurul Hidayah yang menyajikan nyanyian-nyanyian religi.
Puncak acara ditandai dengan kajian agama yang disampaikan oleh Kiyai Badrun Sulaiman, Ketua MWCNU Margomulyo. Dalam kajiannya, Kiyai Badrun memberikan penjelasan mendalam tentang makna Idul Fitri yang terkandung dalam tradisi hari raya Kupat atau ketupat.
Menurut Kiyai Badrun, makna dari Kupat dapat diartikan sebagai laku Papat atau perilaku empat dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang Muslim. Laku Papat ini menggambarkan makna dari lafazh "تقوى" yang terdiri dari empat huruf.
Huruf pertama, "ت" memiliki arti Tawadhu' atau sopan santun, yang mengajarkan pentingnya sikap rendah hati dalam berinteraksi dengan sesama.
Huruf kedua, "ق" mewakili Qona'ah atau narimo ing pandum, yang mengajarkan rasa syukur dan penerimaan atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Selanjutnya, huruf "و" berarti Wira'i, yang mengajarkan pentingnya menjaga kehormatan dan menjauhi segala hal yang tidak pantas.
Terakhir, huruf "ي" melambangkan Yakin, yang mengajarkan kestabilan iman dan keteguhan hati dalam menjalankan ajaran agama.
Kiyai Badrun menyampaikan pesan-pesan penting kepada para hadirin, bahwa melalui tradisi Kupat ini, umat Muslim diingatkan untuk menerapkan laku Papat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan sikap tawadhu', menerima dengan syukur, menjaga kehormatan, dan memiliki keyakinan yang teguh, umat Muslim diharapkan dapat menjalani hidup dengan penuh kebaikan dan kesalehan.
Acara pengajian ini tidak hanya memberikan pemahaman agama yang mendalam, tetapi juga memberikan kesempatan bagi warga Batang untuk saling bersilaturahmi dan mempererat tali persaudaraan dalam suasana Halal Bihalal. Semoga kegiatan ini dapat memberikan inspirasi dan membawa berkah bagi seluruh peserta yang hadir.
Setelah kajian agama yang disampaikan dengan penuh kebijaksanaan oleh Kiyai Badrun Sulaiman, suasana pengajian semakin terasa khusyuk dan penuh makna. Para hadirin mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan oleh Kiyai Badrun, menyadari pentingnya mengaplikasikan laku Papat dalam kehidupan sehari-hari.
Kiyai Badrun juga menekankan bahwa tradisi Kupat yang dilakukan pada perayaan Idul Fitri memiliki makna yang mendalam. Ia menjelaskan bahwa Kupat juga melambangkan kesederhanaan dan kebersamaan dalam merayakan kemenangan setelah menjalani bulan Ramadan yang penuh dengan ibadah dan pengorbanan. Dalam pembungkus ketupat yang terbuat dari daun kelapa, terkandung pesan bahwa kehidupan ini sementara dan sederhana, dan kita harus menjaga nilai-nilai kebersamaan serta saling berbagi.
Selain kajian agama, pengajian rutin ini juga menjadi momen yang berharga bagi warga Batang untuk saling bersilaturahmi dan mempererat tali persaudaraan. Warga, tokoh masyarakat, dan tokoh agama setempat hadir dalam kegiatan ini, menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan. Mereka berbaur, berdialog, dan saling berbagi pengalaman serta kisah kehidupan, memperkuat rasa persatuan dan kesatuan dalam masyarakat.
Pengajian ini memberikan ruang bagi warga Batang untuk mendalami pemahaman agama dan meningkatkan ketakwaan mereka. Melalui kajian agama yang disampaikan oleh Kiyai Badrun Sulaiman, para hadirin mendapatkan pencerahan baru tentang makna Idul Fitri dan pentingnya menerapkan laku Papat dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan, tetapi juga mempererat ikatan sosial dan kebersamaan antara warga Batang. Semoga tradisi ini terus dijaga dan menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan beragama yang harmonis dan bermakna.
Editor: Tim CyberMWCNU