Jumat, 16 Agustus 2024

"Jejak Langkah Menuju Terwujudnya Impian: Kisah Perjuangan Pembangunan Auditorium MWCNU Margomulyo Part III"


Surabaya, Kamis 25 Juli 2024 - Setelah waktu menunjukkan pukul 08.00, pintu aula acara di Islamic Center Surabaya pun dibuka. Suasana mulai ramai oleh para peserta yang datang dari berbagai daerah, semuanya dengan tujuan yang sama—menandatangani kontrak NPHD yang akan menjadi awal dari perjuangan besar mereka. Registrasi dimulai dengan prosedur yang ketat, diawali dengan scan barcode dan pengisian survei kepuasan pelayanan masyarakat. Seperti orang lain, saya pun mengikuti seluruh prosedur dengan teliti, merasakan setiap langkah sebagai bagian penting dari perjalanan panjang ini.


Setelah beberapa menit berlalu dan saya selesai mengisi survei, saya bergabung dalam antrean untuk menyetorkan beberapa berkas tambahan. Ada sedikit kegelisahan di hati, tetapi saya berusaha tetap tenang. Ketika tiba giliran saya, panitia memeriksa berkas-berkas yang saya bawa dengan cermat. Alhamdulillah, semua dianggap cukup, dan saya dipersilakan memasuki aula tempat acara berlangsung.


Posisi duduk saya sangat strategis, persis di depan panggung, pada barisan meja kedua dari depan. Ini adalah tempat yang tepat untuk menyimak dengan seksama segala arahan dan pembinaan yang akan disampaikan. Sementara itu, Pak Sigit tetap berada di luar, bersiaga menerima instruksi jika ada kelengkapan tambahan yang diperlukan. Kami sudah berkomitmen untuk memastikan segala sesuatunya berjalan lancar tanpa hambatan.


Acara pun dimulai dengan berbagai pembinaan dari Biro Pemprov Jatim mengenai pengelolaan dana hibah. Di antara banyaknya arahan yang disampaikan, satu dawuh yang sangat ditekankan adalah, "Dana Hibah harus digunakan sesuai dengan NPHD yang sudah ditandatangani." Kata-kata ini terngiang di benak saya, mengingatkan akan tanggung jawab besar yang harus saya pikul sebagai Ketua MWCNU Margomulyo.


Setelah sesi pembinaan selesai, tibalah saat yang paling ditunggu-tunggu—penandatanganan kontrak NPHD. Namun, di sinilah drama sebuah perjuangan dimulai kembali. Saat giliran saya tiba, Mas Wykan dari Tim Biro Pemprov Jatim mulai memeriksa berkas-berkas yang saya bawa. Sayangnya, paket berkas yang sebelumnya saya kirim ternyata belum sampai ke tangannya. Rasanya seperti mendengar kabar buruk di tengah situasi yang sudah cukup menegangkan.


Untungnya, saya sudah mempersiapkan duplikat berkas-berkas dan kelengkapan lainnya. Satu per satu berkas mulai diperiksa oleh Mas Wykan. Mulai dari stempel dan tanda tangan basah pada dokumen Surat Keterangan Domisili, rekening asli atas nama MWCNU Margomulyo, identitas asli ketua dan bendahara, hingga SK sebagai pengurus MWCNU, semuanya sudah dianggap beres. Saya mulai merasa lega, setidaknya hingga saat itu.


Namun, ketika Mas Wykan memeriksa legalitas tanah atau sertifikat tanah milik MWCNU, ketegangan kembali menyelimuti. Menurutnya, ada sesuatu yang tidak sesuai. Sertifikat tanah masih atas nama pemilik sebelumnya, bukan MWCNU Margomulyo. Bukti sah yang saya lampirkan berupa pernyataan dari penjual, Pak Iswahyudi, yang ditulis tangan, dianggap oleh Mas Wykan sebagai sesuatu yang tidak cukup valid. Meskipun pada halaman belakangnya sudah dibubuhi tanda tangan kepala desa, kepala dusun, RT, RW, dan saksi-saksi lainnya dari pengurus MWCNU Margomulyo, pernyataan itu tetap dianggap hanya sebagai hasil rekayasa.


Saat mendengar koreksi dan masukan dari Mas Wykan, perasaan saya benar-benar hancur. Di tengah kelelahan fisik yang sudah memuncak, tuduhan itu terasa seperti petir yang menyambar hati saya. Saya merasa tidak terima, karena dokumen yang saya bawa adalah dokumen resmi yang saya peroleh dari Pemdes Margomulyo. Namun, saya juga menyadari bahwa apa yang disampaikan oleh Mas Wykan adalah kenyataan dari sakralnya administrasi—sebuah fakta yang mau tidak mau harus saya penuhi.


Setelah beberapa saat mencerna semua koreksi dan masukan, akhirnya saya menyelesaikan simbolis penyerahan berkas dan penandatanganan kontrak NPHD. Dengan hati yang berat namun tetap berusaha tegar, saya bergegas keluar dari ruangan. Sementara itu, Mas Wykan melanjutkan tugasnya, memeriksa berkas-berkas dari peserta berikutnya. Perjuangan kami belum usai, tetapi saya tahu bahwa setiap langkah, betapapun beratnya, adalah bagian dari jalan yang harus ditempuh demi masa depan yang lebih baik bagi MWCNU Margomulyo. 


Setelah saya keluar dari ruangan dengan perasaan campur aduk, saya bergabung kembali dengan Pak Sigit yang sudah menunggu di luar. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sama, tetapi ada juga semangat untuk terus maju. Kami berdua sama-sama paham bahwa perjuangan ini belum selesai, dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan semua revisi dapat dipenuhi dengan sempurna.


Setelah beristirahat sejenak, kami segera berunding untuk langkah-langkah selanjutnya. Kami sadar bahwa masalah sertifikat tanah yang belum dibalik nama ini bukan hal yang bisa diselesaikan dengan cepat. Namun, semangat untuk terus berjuang demi pembangunan Auditorium MWCNU Margomulyo tetap menyala dalam diri kami. Kami sepakat bahwa langkah pertama adalah segera mengurus balik nama sertifikat tanah tersebut agar sesuai dengan kepemilikan MWCNU Margomulyo. 


Hari-hari berikutnya penuh dengan kesibukan. Kami menghubungi pihak-pihak terkait untuk mempercepat proses balik nama sertifikat. Bersama-sama, kami menyusun strategi agar semua persyaratan administrasi bisa terpenuhi tepat waktu. Tantangan demi tantangan kami hadapi, mulai dari birokrasi yang rumit hingga kebutuhan untuk terus berkoordinasi dengan banyak pihak. Namun, setiap tantangan kami terima dengan tekad yang semakin kuat, mengingat betapa pentingnya proyek pembangunan ini bagi NU Margomulyo.


Akhirnya, setelah kerja keras yang tak kenal lelah, berkas revisi yang diminta oleh Mas Wykan berhasil kami lengkapi. Sertifikat tanah yang belum dibalik nama sesuai dengan pemiliknya yang sah, sementara cukup di lampiri Surat Keterangan Kepala Desa Margomulyo, dan semua persyaratan lain sudah kami penuhi. Dengan keyakinan penuh, kami siap mengirimkan kembali berkas-berkas ini ke Biro Pemprov Jatim, berharap kali ini semuanya berjalan lancar tanpa hambatan.


Pada akhirnya, semua kerja keras dan pengorbanan ini adalah bukti nyata dari tekad dan dedikasi kami untuk membangun Auditorium MWCNU Margomulyo. Kami percaya bahwa perjuangan ini adalah bagian dari amanah besar yang harus kami jalani dengan sepenuh hati. Meskipun perjalanan ini penuh liku dan rintangan, kami tetap yakin bahwa pada akhirnya, keberkahan dan kesuksesan akan datang menghampiri sebagai buah dari setiap usaha yang telah kami lakukan.


Dengan segala upaya yang telah kami lakukan, kami berharap pembangunan Auditorium ini akan menjadi simbol kekuatan dan persatuan bagi warga NU Margomulyo. Sebuah tempat yang tidak hanya menjadi pusat kegiatan organisasi, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun generasi yang lebih baik di masa depan. Kami berdoa semoga Allah selalu memberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap langkah yang kami tempuh, serta memberikan keberkahan bagi setiap usaha yang kami lakukan demi kejayaan umat.


Kisah Part II