Ahad, 18 Agustus 2024, dari pukul 09.00 hingga 11.45 WIB, Masjid Baiturrahman Geneng dipenuhi oleh semangat persatuan dan kebersamaan. Warga Nahdlatul Ulama (NU) Ranting Geneng bersama badan otonom seperti Muslimat NU, Fatayat NU, Ansor, IPNU, dan IPPNU, berkumpul dalam acara Naharul Ijtimak yang penuh makna. Kehadiran Ketua MUI Geneng, tokoh agama, dan masyarakat setempat menambah khidmat suasana pagi itu, seakan membawa kembali semangat juang para pendahulu yang telah berkorban demi tanah air.
Kyai Shodik, selaku Ketua MUI Geneng dan sekaligus tuan rumah, membuka acara dengan penuh kerendahan hati. Dalam sambutannya, beliau mengucapkan terima kasih atas kehadiran seluruh warga dan para tokoh yang telah meluangkan waktu untuk hadir. Dengan penuh rasa syukur, Kyai Shodik juga memohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penyelenggaraan acara ini. Setiap kata yang terucap dari bibir beliau menggambarkan ketulusan seorang ulama yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan kesederhanaan.
Tak ketinggalan, Kyai Ihsan, Ketua Ranting NU Geneng, turut memberikan sambutan yang menggugah. Beliau menyampaikan apresiasi yang mendalam atas seluruh upaya warga NU di semua tingkatan, yang telah bersinergi demi terselenggaranya berbagai agenda dakwah NU di Desa Geneng. Semangat gotong royong dan kebersamaan yang ditunjukkan warga NU di desa ini menjadi cermin betapa kuatnya tali persaudaraan di bawah naungan Nahdlatul Ulama.
Puncak acara yang dinantikan adalah tausiyah dari Ustadz Sugianto, S.Pd.I., Wakil Ketua MWCNU Margomulyo. Dalam tausiyah yang penuh dengan nuansa heroik, beliau mengangkat tema "Mengenang Para Pahlawan yang Berjuang Merebut Kemerdekaan Indonesia." Ustadz Sugianto dengan lantang mengajak seluruh hadirin untuk merenungkan kembali jasa-jasa para pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan bangsa. Beliau menekankan pentingnya meneladani semangat juang dan keikhlasan para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari.
Semua yang hadir terdiam, tersentuh oleh pesan moral yang mendalam, seolah-olah para pahlawan itu kembali hadir di tengah-tengah mereka, menyemangati untuk terus menjaga dan merawat kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata. Naharul Ijtimak kali ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat rasa cinta terhadap tanah air dan mengenang jasa para pahlawan yang tak ternilai.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa semangat perjuangan itu abadi, tumbuh dalam jiwa setiap insan yang terus menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Masjid Baiturrahman Geneng menjadi saksi bagaimana warga NU bersatu dalam satu ikatan iman dan cinta tanah air, meneruskan semangat para pahlawan menuju Indonesia yang lebih baik.
Acara yang berlangsung di Masjid Baiturrahman Geneng tersebut seolah menjadi jembatan yang menghubungkan antara masa lalu yang heroik dengan masa kini yang penuh tantangan. Suasana masjid yang semula tenang, berubah menjadi penuh semangat ketika setiap kata dalam tausiyah Ustadz Sugianto menggema di dalam hati para hadirin. Pesan yang disampaikan tidak hanya berupa nasihat, tetapi juga panggilan jiwa untuk selalu mengingat bahwa kemerdekaan yang dinikmati saat ini bukanlah hasil yang datang dengan mudah, melainkan buah dari perjuangan yang panjang dan penuh pengorbanan.
Setelah tausiyah, para hadirin tampak terinspirasi. Wajah-wajah mereka mencerminkan semangat baru, seakan ada api perjuangan yang kembali menyala dalam diri mereka. Tidak hanya sekadar mengenang, tetapi juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai penerus bangsa adalah untuk terus menjaga, merawat, dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang bermanfaat bagi umat dan bangsa.
Acara Naharul Ijtimak ini juga mempertegas pentingnya peran ulama dan tokoh masyarakat dalam membimbing umat, khususnya di tengah-tengah kehidupan yang semakin kompleks. Dengan kebersamaan dan gotong royong, warga NU di Desa Geneng menunjukkan bahwa mereka siap menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa dan agama. Mereka sadar bahwa dalam persatuan itulah terdapat kekuatan yang tak terkalahkan, sebagaimana yang telah diajarkan oleh para pahlawan bangsa.
Ketika acara ditutup dengan doa bersama, ada harapan yang menggantung di langit-langit masjid, harapan akan keberkahan dan kemaslahatan bagi desa mereka, untuk Indonesia yang lebih baik dan lebih kuat. Doa yang dipanjatkan dengan penuh haru itu menyatukan semua hati yang hadir, mengirimkan pesan kepada Sang Pencipta bahwa mereka bertekad untuk menjaga amanah para pahlawan.
Masjid Baiturrahman Geneng, yang menjadi saksi bisu acara ini, kini tidak hanya menjadi tempat ibadah semata, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kesadaran akan pentingnya meneladani semangat juang para pendahulu. Acara Naharul Ijtimak ini akan terus dikenang sebagai momentum yang memperkuat ukhuwah dan cinta tanah air, menggugah semangat untuk terus berjuang demi kebaikan umat dan bangsa, melanjutkan perjuangan yang telah diwariskan oleh para pahlawan dengan penuh keikhlasan.
Seiring dengan berakhirnya acara, setiap langkah yang meninggalkan Masjid Baiturrahman membawa serta pesan-pesan yang tertanam di dalam hati—bahwa kemerdekaan adalah amanah, dan amanah itu harus dijaga dengan sebaik-baiknya, sebagaimana para pahlawan telah menjaganya dengan segenap jiwa dan raga.
Kontributor: Sakiman
Editor: Tim CyberMWCNU