History of Naharul Ijtima' Tradition (Studi Geneologi Keilmuan di NU Margomulyo) IV. Sejarah Naharul Ijtima' di NU Margomulyo

History of Naharul Ijtima' Tradition (Studi Geneologi Keilmuan di NU Margomulyo)

IV. Sejarah Naharul Ijtima' di NU Margomulyo

A. Awal Mula Naharul Ijtima'

Naharul Ijtima' di NU Margomulyo dimulai pada tahun 2019 sebagai respons terhadap kesulitan dalam melaksanakan Lailatul Ijtima' di wilayah yang sulit dijangkau oleh kegiatan berskala besar pada waktu malam hari.

a)      Tantangan Pelaksanaan Lailatul Ijtima':

Awal mula Naharul Ijtima' di NU Margomulyo dipicu oleh tantangan melaksanakan Lailatul Ijtima' secara efektif di wilayah yang memiliki kendala geografis dan aksesibilitas yang sulit. Upaya untuk mengorganisir kegiatan berskala besar seperti Lailatul Ijtima' menjadi tidak praktis dan membutuhkan solusi yang lebih adaptif.

b)      Gagasan sebagai Respons Terhadap Kesulitan:

Pada tahun 2019, para kader dan aktifis NU margomulyo terilhami oleh ide RMINU Jawa Tengah yang telah menggagas lahirnya Naharul Ijtima’ untuk merespon kesulitan tersebut dengan menggagas Naharul Ijtima' sebagai solusi adaptif pengganti Lailatul Ijtima’. Keputusan ini lahir dari kesadaran akan perlunya platform berkala yang lebih mudah diakses dan dilaksanakan, khususnya dalam kondisi wilayah yang sulit dijangkau.

c)      Alternatif Berkualitas:

Naharul Ijtima' diinisiasi sebagai alternatif berkualitas untuk Lailatul Ijtima'. Keputusan untuk menyelenggarakan pertemuan bulanan ini tidak hanya sebagai solusi praktis tetapi juga sebagai upaya untuk menjaga kontinuitas pertemuan agama dan menjalin kebersamaan di antara komunitas ulama, santri dan warga NU di Margomulyo.

d)      Peran kader penggerak dan Aktifis NU Margomulyo:

KH Musthofa Bisri, sebagai tokoh ulama terkemuka yang telah mengilhami Para kader penggerak dan Aktifis NU Margomulyo atas lahirnya gagasan pelaksanaan Naharul Ijtima’ di lingkungan NU Margomulyo sebagai solusi adaptif atas beratnya dilakasanakan Lailatul Ijtima’ karena berbagai alasan, para kader penggerak dan aktifis ini memainkan peran sentral dalam awal mula pelaksanaan Naharul Ijtima'. para kader penggerak dan Aktifis ini memberikan usulan yang sangat signifikan untuk kegiatan ini. Di tambah Peran dan dukungan para sesepuh NU menambah nilai dan kekuatan pada Naharul Ijtima', memberikan pengaruh positif yang mendorong keberlangsungan dan penerimaan di kalangan komunitas NU Margomulyo.

Dengan demikian, awal mula Naharul Ijtima' tidak hanya merupakan hasil dari kebutuhan praktis melainkan juga sebagai langkah strategis untuk menjaga dan mempererat kehidupan keagamaan di tengah kendala wilayah yang sulit diakses. Keputusan untuk melibatkan tokoh ulama terkemuka, seperti KH Musthofa Bisri, menunjukkan bahwa Naharul Ijtima' bukan hanya solusi sementara tetapi juga menjadi bagian yang integral dalam membangun keberlanjutan dan keberhasilan komunitas NU di Margomulyo.

 

B. Peran KH Musthofa Bisri

Usulan Naharul Ijtima' berasal dari KH Musthofa Bisri, tokoh ulama yang memiliki pengaruh besar di NU[1]. Beliau melihat pentingnya pertemuan rutin untuk mempererat hubungan antara ulama dan santri di tengah tantangan geografis yang dihadapi. Peran sentral KH Musthofa Bisri dalam awal mula Naharul Ijtima' tidak dapat diabaikan. Beliau tidak hanya mendukung gagasan ini tetapi juga menjadi pelopor dalam usulannya. Dengan pengaruh besar yang dimilikinya di kalangan NU, usulan dari KH Musthofa Bisri menjadi katalisator utama dalam mewujudkan kegiatan ini.

a)       Pengaruh dan Legitimasi:

KH. Musthofa Bisri membawa pengaruh dan legitimasi yang sangat besar dalam keberlangsungan Naharul Ijtima'. Sebagai tokoh ulama yang dihormati dan diakui, beliau memberikan kepercayaan kepada kegiatan ini. Pengaruh ini memperkuat posisi Naharul Ijtima' dalam jaringan kelembagaan NU Secara Umum terkhusus NU di Margomulyo dan mendapatkan dukungan yang luas dari Warga NU.

b)       Pemahaman Terhadap Tantangan Geografis:

Dengan pemahaman mendalam terhadap tantangan geografis yang dihadapi oleh komunitas NU di Margomulyo, KH Musthofa Bisri menjadi pihak yang peka terhadap kebutuhan akan pertemuan rutin. Beliau melihat bahwa kegiatan ini bukan hanya menjadi alternatif praktis tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempererat hubungan antara ulama, santri, dan warga NU secara umum di tengah kendala wilayah yang sulit diakses.

c)        Fasilitator Dialog dan Pertukaran Gagasan:

Selain menjadi pencetus ide, KH Musthofa Bisri secara langsung maupun tidak juga berperan sebagai fasilitator dialog dan pertukaran gagasan di dalam Naharul Ijtima'. Beliau membuka ruang bagi diskusi mendalam tentang keagamaan dan keilmuan, memperkaya interaksi antara ulama dan santri, serta menciptakan atmosfer kebersamaan dan persaudaraan yang kuat.

Dengan demikian, peran KH Musthofa Bisri dalam Naharul Ijtima' bukan hanya sebagai pemberi ide atau pengusul, tetapi juga sebagai agen utama yang membentuk arah, keberlanjutan, dan legitimasi kegiatan ini. Dukungan beliau menjadi pilar penting yang memperkuat fondasi keagamaan dan kebersamaan di kalangan NU secara umum terkhusus NU Margomulyo melalui tradisi pertemuan bulanan ini.

 

C. Dampak Positif Naharul Ijtima'

Naharul Ijtima' telah membawa dampak positif di kalangan warga NU dalam mempererat tali silaturahmi, membangun keilmuan, dan menguatkan solidaritas di antara warga NU NU terkusus NU di Margomulyo. Kegiatan ini juga menjadi forum penting untuk bertukar ide dan pengalaman di bidang agama.

a)      Penguatan Tali Silaturahmi:

Sebagai solusi adaftif, Naharul Ijtima' memberikan kontribusi signifikan dalam mempererat tali silaturahmi antara ulama, santri, dan warga NU di Margomulyo. Pertemuan rutin bulanan menciptakan platform interaktif di mana hubungan personal dan keagamaan dapat dibangun dan diperdalam. Keterlibatan aktif dalam kegiatan ini memperkuat jaringan sosial di antara anggota warga NU.

b)      Peningkatan Keilmuan:

Dampak positif Naharul Ijtima' juga terlihat dalam peningkatan keilmuan di kalangan ulama, santri dan warga NU. Diskusi, ceramah, dan pertukaran gagasan keagamaan yang terjadi dalam kegiatan ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk memperluas pengetahuan mereka. Selain itu, kegiatan ini menjadi ajang untuk mendalami isu-isu keagamaan terkini.

c)      Penguatan Solidaritas Komunitas:

Solidaritas di antara warga NU di Margomulyo semakin diperkuat melalui Naharul Ijtima'. Kehadiran ulama, santri dan warga NU secara bersama-sama menciptakan atmosfer kebersamaan yang kuat. Keterlibatan aktif dalam kegiatan keagamaan ini memberikan landasan bagi solidaritas yang lebih erat, membangun persaudaraan, dan menciptakan komunitas yang kokoh.

d)      Forum Pertukaran Ide dan Pengalaman:

Naharul Ijtima' bukan hanya sekadar pertemuan rutin, tetapi juga menjadi forum penting untuk bertukar ide dan pengalaman di bidang agama. Diskusi dan sesi tanya jawab memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berbagi wawasan keagamaan, menjalin dialog konstruktif, dan memperkaya pemahaman keagamaan bersama.

Dengan dampak-dampak positif tersebut, Naharul Ijtima' tidak hanya menjadi acara rutin, melainkan juga merupakan instrumen penting dalam membangun dan memperkuat komunitas NU di Margomulyo. Melalui penguatan silaturahmi, peningkatan keilmuan, dan solidaritas yang terbangun, kegiatan ini membuktikan dirinya sebagai sarana yang efektif dalam mengatasi tantangan geografis dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan spiritual dan intelektual komunitas tersebut.

 

I. Pendahuluan

II. Tinjauan Pustaka

III. Metodologi

IV. Sejarah Naharul Ijtima' di NU Margomulyo

V. Geneologi Keilmuan Naharul Ijtima' di NU Margomulyo

VI. Dampak Sosial dan Keilmuan Naharul Ijtima'

VII. Tantangan dan Prospek Masa Depan

VIII. Kesimpulan

IX. Penutup

 

*Penulis adalah Kader dan Aktifis NU yang saat ini di Amanahi Menjadi Ketua MWCNU & MUI Margomulyo